Review lensa Nikon AF-S 18-300mm VR Tanggal publikasi: 16-10-2012 09:49:19, Kontributor: Erwin Mulyadi
Pemakai DSLR Nikon tentu kenal satu lensa zoom yang biasa disebut dengan lensa sapujagat, yaitu AF-S 18-200mm VR. Lensa ini disebut sapujagat karena dengan lensa ini pemakainya bisa memilih fokal dari wideangle (18mm) hingga telefoto (200mm) tanpa perlu berganti lensa. Tahun ini Nikon membuat satu lagi lensa yang rentang fokalnya bahkan lebih panjang yaitu AF-S 18-300mm VR, sehingga fokal efektifnya ekivalen dengan 28-450mm. Kali ini saya coba sajikan review singkat mengenai lensa baru ini, baik secara kesan pemakaian, kinerja dan tentunya kualitas optik.
Lensa Nikon AF-S 18-300mm VR ini termasuk lensa DX yang didesain khusus untuk DSLR dengan sensor APS-C. Ditinjau dari ukurannya memang lensa ini sudah termasuk besar dengan bobot lebih dari 800 gram dan panjang 120mm dan punya diameter filter 77mm. Lensa seharga USD 1000 ini masih tergolong lensa kelas konsumer, dengan ciri bodi terbuat dari plastik dan belum ada weatherseal layaknya lensa pro. Tapi lensa ini punya beberapa nilai plus seperti adanya jendela pengukur jarak, ring manual fokus yang bisa diputar di mode AF (ditandai dengan adanya tuas berkode M/A-M), dan switch pengunci di posisi 18mm supaya tidak melorot saat lensa menghadap bawah.
Contoh zoom dari 18mm hingga 300mm :
Lensa yang punya 19 elemen (3 diantaranya ED dan 3 lagi aspherikal) ini akan semakin memanjang saat zoomnya diputar ke fokal tele, hingga mencapai panjang 220mm. Bukaan lensa ini juga akan mengecil saat dizoom, mulai dari f/3.5 di posisi 18mm, lalu mengecil jadi f/4 di posisi 28mm, f/5.3 di 50mm dan f/5.6 di 70mm. Dari 70mm hingga 300mm bukaan maksimalnya konstan di f/5.6 sehingga rentan blur bila kurang cahaya. Untuk itulah fitur VR terasa sangat dibutuhkan buat lensa ini. Nikon mengklaim VR di lensa ini bekerja hingga 4 stop, dengan dua mode yaitu Normal dan Active. Active mode bisa dipilih bila kamera dipakai di tempat yang tidak stabil/diam seperti didalam mobil yang bergerak.
Penempatan tuas VR, fokus, switch 18mm semuanya di sebelah kiri dan mudah diakses dengan jempol kiri kita. Ring manual fokus berada di bagian belakang lensa, sementara ring untuk zoom berada di depan dengan ukuran yang pas. Putaran zoom terasa mantap saat diputar, tidak terlalu longgar atau sebaliknya. Skala indikator fokal hanya menyediakan angka 18mm-28mm-50mm-105mm-200mm-300mm dan untuk mendapat fokal lensa selain itu kita perlu menebak. Bahkan saat saya memutar lensa di posisi 200mm, data di EXIF menunjukkan fokal lensa adalah 195mm (ada sedikit deviasi disini). Ini adalah kompromi dari lensa yang termasuk superzoom, berbeda dengan lensa zoom yang rentangnya lebih sempit/pendek.
Kinerja
Tidak ada keluhan mengenai kinerja auto fokus dari lensa ini. Motor SWM didalam lensa AF-S ini bekerja cepat dan suaranya terdengar lembut. Ring manual fokus di lensa ini bisa diputar kapan saja, meski tuas selektor fokus di lensa ada di posisi M/A. Berguna bila kita memakai auto fokus lalu setelah fokus didapat kita merasa perlu merubah sedikit jarak fokusnya. Di lensa Nikon yang murah meriah (misal lensa kit), kita harus menggeser tuas fokus di lensa dari A ke M barulah kita bisa melakukan manual fokus. Jarak fokus minimum lensa ini sendiri cukup lumayan dengan 45 cm di seluruh panjang fokal, kita bisa dapatkan foto close up yang punya rasio perbesaran 1:3.2 lumayan buat sekedar memotret benda yang cukup dekat.
Fitur Vibration Reduction (VR) di lensa ini sudah generasi kedua, dengan klaim 4 stop dan ada dua mode (Normal dan Active). Dari pengujian yang dilakukan di fokal 300mm, VR yang diaktifkan bisa mendapatkan foto yang tajam meski memakai speed lambat antara 1/30 hingga 1/20 detik. Seperti biasa, untuk mendapatkan hasil terbaik kita tetap harus memegang kamera dengan stabil, lalu tombol shutter ditekan setengah (VR akan mulai bekerja), tunggu sejenak sampai gambar di jendela bidik tampak stabil barulah foto diambil.
Test tanpa VR :
Dengan VR diaktifkan :
Optik dan bokeh
Untuk mendapatkan bokeh yang creamy dari lensa dengan bukaan kurang besar memang bukan hal mudah. Apalagi mulai dari 70mm lensa ini hanya bisa membuka maksimal f/5.6. Tapi dengan memakai fokal tele antara 200mm hingga 300mm kita masih bisa dapatkan gambar latar belakang yang out of focus, meski tidak sebaik lensa bukaan besar.
Secara umum kinerja optik dari lensa ini patut diacungi jempol. Ketajaman dan reproduksi tonalnya baik, meski lensa ini memiliki fokal yang panjang dan punya banyak elemen optik didalamnya. Pada bukaan maksimal pun foto yang dihasilkan masih tajam, dan softness mulai dirasakan cukup nyata di fokal terpanjang 300mm. Distorsi lensa termasuk wajar dengan adanya barrel distortion di posisi wide dan akan berkurang saat lensa dizoom menjauhi fokal 18mm.
Kesimpulan
Lensa AF-S 18-300mm merupakan lensa superzoom terpanjang saat ini, dengan zoom power 16x yang tentunya membuat lensa ini serba bisa dipakai dalam bermacam kondisi pemotretan. Kepraktisan tanpa harus repot berganti lensa ini harus dibayar dengan harganya yang tinggi dan bobotnya yang berat. Saya menyukai kinerja VR-nya, bekerja dengan baik dan ini sangat dibutuhkan mengingat lensa ini punya fokal hingga 300mm. Kualitas optiknya pun baik, anggapan kalau lensa zoom yang terlalu panjang akan membawa dampak ke penurunan kualitas optik bisa ditepis oleh lensa ini.
|