Update Detail
Hands-on Review : Tinjau Perbedaan Canon EOS 5D mark III dengan 5D mark II
Tanggal publikasi: 11-04-2012 18:01:50, Kontributor: Erwin Mulyadi
Canon EOS 5D mk-III telah tiba. Kali ini saya coba bandingkan apa saja perbedaannya dengan produk sebelumnya yaitu 5D mk-II. Kamera DSLR full frame affordable buatan Canon ini selalu mengalami peningkatan dari awal 5D dulu, lalu muncul 5D mk-II (bisa HD video) dan kini muncullah yang 5D mk-III. Apa saja hal menarik dari kamera ini dan apakah dia bakal bisa menggoda pemakai 5D mk-II untuk upgrade bodi?

Biasanya kalau mengeluarkan kamera baru, Canon cenderung menaikkan resolusi sensornya. EOS 5D mk-II punya sensor 21 MP, awalnya saya mengira kalau penerusnya akan mengikuti langkah Nikon D800 dengan memberi resolusi diatas 30 MP, tapi ternyata untuk sensor 5D mk-III Canon hanya menambah 1 juta piksel saja alias kini memakai sensor 22 MP. Untuk bermacam kebutuhan fotografi mulai dari landscape, model sampai cetak besar, saya rasa 22 MP sudah sangat mencukupi.

  
 
Dalam hands-on review kali ini, saya mulai dari tinjauan fisik dulu. Bodi secara umum sama, dengan ciri bentuk yang besar, kokoh dan dilengkapi weather sealed. Dari depan, tidak banyak perbedaan kecuali tombol DOF preview pindah posisi ke sebelah kanan, dan ukuran tombolnya lebih besar. Kalau tampak belakang baru terlihat cukup banyak bedanya, seakan seperti melihat EOS 7D karena banyak kemiripan disana. Kini di 5D mk-III ada tombol Q (Quick control), lalu tuas live view dan movie recording, lalu tombol power pindah dari bawah ke kiri atas, dan beberapa tombol baru seperti Creative photo, RATE dan Index/Magnify di sebelah kiri. Viewfinder tampak lebih besar karena memang 5D mk-III punya frame coverage 100% sementara LCD kini lebih lega dengan ukuran 3,2 inci dan super tajam juga. Selain itu kini terdapat dua slot memori yang bisa dipasang, yaitu satu jenis CF card dan satu lagi jenis SD card. Yang jelas kalau dilihat sepintas sulit dibedakan antara 5D mk-III dengan 5D mk-II.
  

Yang sangat membedakan 5D mk-III dengan pendahulunya justru tidak terlihat karena letaknya ada di dalam kamera. Sebutlah misalnya prosesor Digic 5+ terbaru yang mampu meningkatkan kecepatan kamera sampai 30%, lalu dipakainya modul Auto Fokus milik EOS 1D X dan penambahan berbagai fitur penting seperti in-camera RAW conversion, in camera HDR dan peningkatan di fasilitas rekam video.

Shutter

EOS 5D mk-III kini mampu memotret lebih cepat dengan 6 fps (pendahulunya tidak sampai 4 fps), lalu kini ada fasilitas silent shutter yang kalau dipilih maka suara jepretannya akan terdengar lebih lembut. Hebatnya kalau ingin memakai continuous shooting dengan silent shutter juga bisa, cuma speednya akan turun ke 3 fps. Shutter unit yang lolos uji sampai 150 ribu kali jepret ini punya kecepatan maksimal 1/800 detik dan bisa melakukan AEB (bracketing) sampai 7 gambar.
 
  
 
Gambar diatas menunjukkan pilihan AF mode dan Drive Mode untuk 5D mk-III. Terlihat pada pilihan Drive mode ada opsi silent shooting dan silent continuous shooting yang bisa dipilih (dengan kode S), selain drive mode normal dan remote mode.

 ISO

Canon mendesain ulang sensornya saat membuat 5D mk-III sehingga kini ISO maksimal yang bisa dipilih adalah ISO 25.600 atau 2 stop lebih tinggi dari 5D mk-II. Sebagai catatan, melalui menu bisa juga memaksa kamera untuk memilih nilai ISO diatas ISO maksimal, yaitu H1 dan H2. Jadi ISO 25.600 di 5D mk-III itu sama dengan H2 di 5D mk-II. Nah untuk pilihan H1 di 5D mk-III itu setara dengan ISO 51.200 dan H2 setara dengan ISO 102.400. Luar biasa.. Saat saya mencoba memakai ISO normal tertinggi yaitu ISO 25.600 gambar yang didapat masih layak pakai dengan tingkat noise yang masih dapat diterima. Pemakaian H1 dan H2 hanya untuk kondisi terpaksa saja.
 
  
 
Hasil foto dengan ISO 25.600 :
 
  
 
dan ini 100% cropnya :
 
 
 
Selain hasil foto di ISO tinggi yang bersih dari noise, 5D mark III juga semakin memanjakan penggunanya dengan memberi fitur Auto ISO yang fleksibel. Dengan memakai ISO Auto, kita tak perlu lagi repot untuk menentukan nilai ISO yang diinginkan setiap akan memotret. Rentang Auto ISO bisa dipilih minimum dan maksimumnya, mulai dari ISO 100 sampai ISO 25.600. Selain itu untuk Auto ISO ini ada pilihan tambahan yaitu minimum shutter speed mulai dari 1/250 detik hingga 1 detik. Ini berguna untuk menyesuaikan dengan fokal lensa yang dipakai supaya saat memotret tanpa tripod hasil fotonya tidak blur karena gerakan tangan. 
 
Auto Fokus
Pada saat 5D mk-II diperkenalkan tahun 2009, Canon memang masih bertahan dengan 9 titik AF. Perubahan dilakukan oleh Canon saat mengeluarkan DSLR tercanggih di kelas APS-C yaitu 7D dengan memakai 19 titik AF. Kini akibat tuntutan kompetisi, 5D mk-III dipersenjatai modul AF dengan 61 titik, diantaranya ada 41 titik dengan cross type.
 
  
 
Memilih titik sebanyak ini tidak sulit, karena bisa diatur otomatis atau manual. Kalaupun manual ada beberapa opsi lagi seperti memilih satu titik, expand AF atau group AF. Saya rasakan akurasi dan kecepatan 5D mk-III dalam melakukan tracking benda bergerak sangat baik dan kamera mampu terus menjaga obyek tetap fokus meski berpindah-pindah.
 
Fitur Lainnya
 
Masih banyak peningkatan fitur lain di 5D mk-III, sebutlah misalnya diberikannya pilihan kompresi MPEG4 sesuai kebutuhan. Untuk mereka yang tidak perlu melakukan editing video bisa memilih kompresi IPB (Intra frame-Predictive frame-Bidirectional frame) sehingga ukuran file lebih kecil. Bagi kebutuhan profesional maupun editing, bisa memilih kompresi All-I (semuanya memakai Intra frame) sehingga setiap frame dalam rekaman video punya kualitas tinggi. Sebagai dampaknya, ukuran file jadi 4x lipat lebih besar dan memori card pasti cepat penuh. Kamera ini saat diuji merekam video, hasilnya mengesankan dengan efek rolling shutter yang minimal.
 
Lalu ada juga fitur in camera HDR. Fitur ini bila diaktifkan akan menggabungkan tiga foto yang berbeda eksposur lalu menjadikan satu foto dengan jangkauan dinamis yang lebih lebar, cocok untuk menangkap detil di area terang dan gelap di area kontras tinggi. Dengan memanfaatkan fitur ini, kita bisa mendapat foto HDR tanpa harus mengolahnya di komputer.
 
  
 
Tapi dari sederet opsi HDR yang ada di 5D mark III, yang paling menarik adalah pilihan HDR Effect yang beragam, seperti Natural (apa adanya) maupun Artistik. Untuk pilihan Artistik terbagi lagi yaitu Art standard, Art vivid, Art bold dan Art embossed. Hasil HDR dengan efek artistik ini memang punya kontras dan saturasi yang lebih menonjol daripada aslinya, tapi dalam banyak aplikasi efek ini bakal sangat membantu.
 
Jadi kesan saya setelah mencoba 5D mk-III memang sangat impressed, semua pasti setuju kalau 5D mk-II adalah kamera yang bagus, tapi 5D mk-III adalah kamera yang lebih bagus lagi. Regenerasi ini bukanlah sebuah minor upgrade seperti dari 550D ke 600D misalnya, tapi 5D mk-III adalah perubahan besar tanpa harus menaikkan resolusi sensor terlalu banyak. Hasil foto yang sangat bagus, kinerja cepat, auto fokus canggih, dual slot memori, banyak fitur berguna dan cocok buat bikin klip video profesional juga, bakal jadi alasan kuat untuk upgrade :)
 
 


Hands-on Review : Tinjau Perbedaan Canon EOS 5D mark III dengan 5D mark II

space for ads

space for ads

space for ads